KALI BERSIH
( SUNGAI AYUNG )
4.1 Latar Belakang
Sungai merupakan suatu sumber daya alam yang apabila digali potensinya akan
sangat bermanfaat bagi kelangsungan kidup manusia. Wilayah Daerah Aliran Sungai
(DAS) Ayung yang mempunyai suhu tahunan rata-rata antara 18,40C-26,60C
yang dipengaruhi oleh ketinggian tempat.
Curah hujan tahunan di hulu DAS Ayung cukup besar,
berkisar antara 1963-3242 mm. kondisi
curah hujan di hulu sungai diwakili oleh stasiun
Catur, Kintamani,Candikuning,Plaga,Baturiti dan Petang.Semakin kehilir, curah
hujan dan hari hujannya semakin berkurang.curah hujannya berkisar antara
1998-3176 mm dengan hari hujan berkisar antara
105 hari-128 hari. Kondisi curah hujan di wilayah tengah diwakili oleh stasiun
Tampaksiring,Ubud, dan Abiansemal.
Di wilayah hilir yaitu disekitar kota Denpasar, curah
hujannya tergolong agak rendah, yaitu sekitar 1486 mm dan hari
hujannya 69 hari.
Sungai Ayung merupakan salah satu sungai terpanjang di
Bali.panjangnya sekitar 68,5 km. sungai ini mengalir disebelah selatan
pegunungan yang membatasi Bali utara dan Bali selatan serta berhilir dipantai
Padanggalak. Di bagian hulu, sungai Ayung terdiri dari tiga anak sungai yang
cukup besar, yaitu Tukad Bangkung yang berhulu di Pelaga, Tukad Menggani yang
berhulu di daerah Catur, dan Tukad Siap yang berhulu di daerah Kintamani.
Ketiga anak sungai ini bersatu di daeah Payangan.
Luas DAS adalah bidang proyeksi horizontal DAS dan
dihitung dari peta rupa bumi. Berdasarkan perhitungan diperoleh luas sungai Ayung
kurang lebih 30.084 ha.
Berdasarkan perhitungan diperoleh kemiringan rata-rata
DAS Ayung sebesar 13,13%, nilai ini berarti wilayah ini cukup miring. Melihat
topografi wilayah DAS, daerah ini terdiri dari dua topografi yaitu topografi
bergunung dan datar. Nilai dari pegunungan dan datar menunjukkan daerah
pegunungan cukup terjal dengan penurunan nilai yang cukup drastis.
Berdasarkan catatan debit yang diukur di Stasiun
Pencatat Debit Buangga antara tahun 1973-1986 dapat diketahui bahwa tinggi
permukaan air sungai berkisar antara 0,55-0,88m, dengan debit air berkisar
antara 6,6-14,2 m3/ detik dengan debit rataan 8,69 m3/detik.
Kadar sedimentasi (lumpur) dari hasil pengukuran di
Buangga, kadar endapan tertinggi 544,4 ton/ hari dan yang terendah sebesar2,8
ton/hari. Hasil perhitungan dengan metode SCS-USDA sebesar 91. 393,127
ton/tahun.
Secara umum DAS Ayung dapat dibagi menjadi tiga
daerah:
1.
Daerah hulu
: mulai dari daerah Penikit di Kecamatan Petang ke utara sampai dengan daerah
Kintamani yang dibatasi oleh jalan Kintamani-Singaraja, dan Plaga Kecamatan
Petang yang dibatasi oleh punggung perbukitan hutan Puncak Mangu. Daerah bagian
hulu DAS Ayung terletak pada topografi miring sampai sangat curam.
2.
Daerah
bagian tengah : mulai dari daerah Penikit di Kecamatan Petang ke selatan sampai
di Abiansemal. Daerah bagian tengah ini terletak pada topografi datar sampai
bergelombang.
3. Daerah
bagian hilir : mulai dari Abiansemal ke selatan Peguyangan, Tonja, Kesiman sampai muara sungai Ayung di pantai Padanggalak, Kecamatan
Denpasar Timur hampir seluruhnya memiliki topografi datar.
Tingkat erosi di wilayah DAS Ayung berkisar dari
sangat ringan sampai sangat berat, erosi sangat ringan terdapat pada penggunaan
lahan sawah yang tersebar di bagian tengah dan hilir DAS, yaitu mulai dari
Kecamatan Petang bagian selatan, Kecamatan Abiansemal, Kecamatan Denpasar Utara dan Kecamatan Denpasar Timur. Tingkat erosi ringan
pada lahan sawah disebabkan oleh lerengnya yang datar, vegetasinya rapat dan
telah diterapkan teknik konservasi tanah dan air seperti teras bangku dengan
konstruksi baik.
Tata guna lahan dan tata ruang. Penggunaan lahan yang
dominan di DAS Ayung adalah Tegalan,Sawah, Semak belukar, Perkebunan, dan
Hutan.
Secara visual kondisi panorama kiri kanan sungai Ayung
dibagian hulu masih alami, terutama dari daerah Petang sampai Carangsari. Hal
ini karena kondisi sungainya yang curam dan dalam sehingga susah dijamah
manusia. Oleh kaerna itu, menelusuri sungai Ayung dengan baik hanya dapat
dilakukan dengan menggunakan fasilitas Rafting.
Meskipun kondisi sungai di hulu masih alami, tetapi di
bantaran sungai dan di daerah DAS-nya sangat intensif dikembangkan berbagai
aktivitas baik pertanian, peternakan maupun kegiatan lainnya.oleh karena itu
ancaman terhadap tercemarnya air sungai Ayung semakin besar. Pada daerah yang
kemiringannya cukup tinggi banyak diusahakan tanaman semusim dan tanaman jeruk
yang intensif, yang membuat permukaan tanah sebagian besat terbuka. Ketika
hujan turun maka erosi tak terhindarkan dengan membawa material yang ada di
permukaan tanah masuk ke sungai seperti pupuk,ranting, serta bahan organik
lainnyna.
Hasil pengukuran kualitas
air sungai dari hulu hingga ke hilir di musim kemarau tahun 2002, menunjukkan
hasil yang bervariasi serta tidak konsisten antar parameter yang diukur.
Berdasarkan baku mutu air I menurut PP NO. 82 tahun 2001, ada beberapa
parameter yang melebihi baku mutu yaitu: TDS, nitrat, nitrit,fosfat, BOD serta
minyak dan lemak.
Bertitik tolak dari latar belakang, maka penulis
tertarik untuk mengkaji secara mendetail tentang keadaan DAS Ayung dari
Hulu,Tengah, dan Hilir.
4.2. Tata Guna
Lahan dan Tata Ruang
Penggunaan lahan yang dominan di DAS
Ayung adalah tegalan,sawah, semak belukar, perkebunan, dan hutan. Jenis penggunaan
lahan dan luasnya di DAS Ayung disajikan pada tabel.
Tabel penggunaan lahan DAS Ayung
NO
|
JENIS PENGGUNAAN LAHAN
|
LUAS
|
|
|
|
Ha
|
%
|
1
|
Tegalan
|
12.350
|
41,2
|
2
|
Perkebunan
|
2.990,1
|
9,9
|
3
|
Sawah
|
5.907,1
|
19,6
|
4
|
Semak belukar
|
4.749,1
|
15,9
|
5
|
Permukiman
|
1.500
|
5,0
|
6
|
Hutan
|
2.539,1
|
8,4
|
|
Total
|
30.080,4
|
100
|
Sumber : peta rupa bumi, 1992 dan analisis tata ruang
Kabupaten
4.2.1. Tegalan
Tata guna lahan untuk tegalan
umumnya terletak di daerah hulu utamanya yang terletak di : 1) desa Petang,
Plaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung; 2) Desa Buahan, Kecamatan Payangan,
Kabupaten Gianyar; dan 3) Desa Belantih, Catur, Daup, Serahi,Awan Belanga,
Batukaang, Gunung Bahu, Binyan, Ulian, Manikliu,Mengani,Bayung Cerik, Cangguh,
Katung, Lenggahan, dan Bunutin, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Dengan
kondisi tersebut di atas maka tata guna lahan untuk tegalan banyak dilakukan
pada hulu daerah aliran sungai Ayung.
4.2.3. Perkebunan
Tata guna lahan untuk perkebunan
terutama terdapat di daerah aliran sungai Ayung dari bagian hulu dan tengah. Di
bagian hulu, tata guna lahan perkebunan tersebar di beberapa wilayah desa,
seperti di wilayah Desa Daup,Catur, Mengani, Manikliu,Ulian, Binyan, Belanga,
dan Gunungbahu yang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Kintamani, Kabupaten
bangli. Di wilayah ini komoditas perkebunan yang ditanam sebagian berupa
kopi,namun diganti dengan perkebunan jeruk yang lebih menjanjikan
keuntungannya, dan sebagian lagi berupa tanaman jeruk. Di wilayah Kabupaten
Badung, daerah aliran sungai Ayung dengan tata guna lahan perkebunan terdapat
di beberapa desa, seperti : Plaga, Petang, Carangsari, Sangeh, Taman,
Bongkasa,dan Sibang kaja. Jenis tanaman yang ditanam umumnya berupa kopi,
cengkeh serta tanaman jeruk. Mengingat kemiringan lereng yang besar , maka
komoditas jeruk tampaknya kurang sesuai dari segi penangkapan air/ peresapan
air, serta dampak erosi yang ditimbulkannya. Dengan fungsi hulu sebagai daerah
resapan maka komoditas jeruk kurang sesuai dengan daerah hulu dibandingkan
dengan tanaman kopi.
4.2.4. Sawah
Dalam wilayah DAS Ayung ada dua
katagori sawah yaitu: sawah tadah hujan dan sawah sistem irigasi. Sawah tadah
hujan terdapat di daerah hulu terutama di Kecamatan Petang dan Kecamatan
Kintamani, sedangkan seluruh sawah dengan irigasi teknis terdapat di DAS Ayung
bagian tengah dan hilir. Di bagian hilir sawah yang beririgasi teknis telah
banyak berubah fungsi menjadi daerah terbangun berupa pemukiman maupun
fasilitas penunjang pariwisata, terutama yang dekat kota Denpasar dan sepanjang
jalan penghubung antar wilayah.
4.2.5. Permukiman
Di bagian hulu permukiman berkembang
secara alami yang umumnya didominasi oleh masyarakat setempat dengan adat dan
segala tradisinya, kecuali pada daerah yang
menjadi pusat kegiatan pariwisata. Karakter permukiman ini merupakan permukiman
campuran, namun demikian masih didominasi oleh masyarakat lokal.
Di bagian tengah DAS Ayung perkembangan penggunaan
lahan untuk permukiman umumnya tumbuh secara alami. Namun selain itu, karena
panorama DAS
Ayung yang sangat indah dan menjadi salah satu daya tarik wisatawan menikmati
tebing-tebing , maka bermunculan berbagai akomodasi pariwisata seperti,
Hotel-hotel, Restoran, Villa, dll. Dampak dari pembangunan akomodasi tersebut
adalah adannya pembuangan limbah, pengupasan lahan saat pembangunan
berlangsung, terganggunya sistem konservasi tebing, serta
kemungkinan-kemungkinan terjadinya longsor tanah di daerah tebing. Dengan
demikian tata penggunaan lahan untuk permukiman di daerah tengah lebih pesat
dibandingkan dengan daerah hulu.
Penggunaan lahan untuk permukiman didaerah hilir
berkembang pesat terkait dengan hilir DAS Ayung yang dekat dengan Kota Denpasar
yang penggunaan lahannya untuk permukiman berkembang dengan pesat.
4.2.6. Perikanan
Di sekitar kecamatan Payangan usaha perikanan
ikan mas sangat berkembang. Hal ini didukung dengan adanya sebuah balai benih
ikan yang mampu memenuhi permintaan petani akan benih ikan mas.
Secara umum kegiatan usaha perikanan yang dikembangkan
oleh masyarakat di sekitar aliran sungai Ayung tidak banyak. Hal ini karena
kebiasaan masyarakat untuk makan ikan masih sangat rendah. Kebanyakan
alternatif sebagai sumber protein hewani diambil dari daging sapi, babi, dan
unggas.
Kegiatan perikanan tangkap di sungai dengan memancing
juga tidak banyak. Di hulu yang topografinya curam menyulitkan masyarakat untuk
memancing ikan. Akan tetapi masyarakat sekarang sering menggunakan portas untuk
menangkap ikan di sungai.mereka tidak memikirkan dampak bagi lingkungan di DAS
Ayung. Ikan-ikan yang masih kecil dan belum layak untuk dikonsumsi juga terkena
racun portas, sehingga populasi ikan berkurang dengan sangat drastis.
4.2.7. Peternakan
Disepanjang DAS Ayung belum ditemui
usaha perternakan oleh masyarakat di sekitar sungai. Jauh di bagian hulu sungai
Ayung terutama di Kecamatan Kintamani usaha peternakan yang dilaksanakan oleh
masyarakat terutama adalah peternakan sapi. Pakan ternak yang diberikan terdiri
dari rumput raja, rumput gajah, rumput lapangan, dan daun-daunan seperti gamal
dan lamtoro.
Di sepanjang hulu dan tengah DAS Ayung belum ditemukan
peternakan yang dekat dengan sungai. Peternakan di daerah ini masih jauh dari
sungai. Daerah tegalan adalah daerah yang paling sering digunakan oleh
masyarakat sebagai tempat beternak.
Di bagian hilir DAS Ayung umumnya merupakan hamparan
lahan yang agak datar sehingga terdapat usaha peternakan secara komersial
terutama ternak ayam dan babi, serta usaha peternakan rakyat terutama untuk
ternak ruminansia seperti sapi.
4.2.8. Manfaat
Sungai Ayung di Daerah Peguyangan Kangin
Sungai
ayung yang terletak di tengah tengah dan membelah Desa Peguyangan kangin membentang dari ujung utara lingkungan Cengkilung ke selatan
sampai lingkungan Bantas.
Sungai
Ayung di Peguyangan Kangin sangat dibutuhkan oleh masyarakat baik pengairan
sawah , Perkebunan, Perikanan, untuk mandi, untuk upacara , untuk air minum
serta bermain bagi anak-anak jaman dulu yang notabena secara langsung bisa dipakai
belajar berenang dan informasi dari Tetua atau Sesepuh desa, juga mengingat
sejarah tercatat bahwa gunung batur sudah berkali kali meletus dan tercatat
mulai tahun 1804 hingga 2005, Gunung Batur meletus paling dasyat terjadi tahun 1926
membuat aliran lahar panas di sekitar Kintamani hingga menimbun Desa Batur dan
Pura Ulun Danu Batur.
Gunung
Batur meletus lavanya yang mengalir di sepanjang sungai ayung, serta pasir dan batu dari sungai ayung
banyak dipakai untuk membangun Bandara Tuban mulai berdiri tahun 1930 dan tahun
1942 bandara dikuasai Jepang dan kembali dibangun tahun 1963 sampai 1966 sehingga
dengan pengembangan Bandara Ngurah Rai tahun 1969, khusus masyarakat Desa Peguyangan Kangin
memperoleh manfaat dari mencari pasir dan batu kali untuk menunjang ekonomi
rumah tangga. Tidak saja penduduk Desa Peguyangan Kangin, penduduk Cabe di
Daerah Badung, Peguyangan Kaja, Penatih dan Tonja juga ikut mengais rejeki
dengan kekayaan sungai ayung yang berlimpah, termasuk di daerah desa adat
Peninjoan dan daerah Desa Peraupan serta dilingkungan Banjar Bantas tempat
mengumpulkan pasir dan batu kali sungai ayung, bahkan Kota Denpasar dan Badung
memanfaatkan air sungai ayung untuk PDAM.
Pencemaran limbah
Pencemaran limbah terjadi karena
banyaknya permukiman penduduk di bagian tengah dan hilir sungai. Selain itu
pariwisata juga membawa dampak negatif pada sungai Ayung. Pembangunan sarana
akomodasi pariwisata seperti, hotel, restoran, villa, dll, memberi dampak yang
sangat signifikan
terhadap sungai Ayung. Limbah-limbah dari permukiman penduduk, hotel-hotel,
restoran, dan villa banyak yang dibuang begitu saja ke sungai Ayung tanpa
memikirkan bagaimana dampaknya bagi kualitas air sungai Ayung khususnya.
Pihak pengelola hotel dan restoran
serta penduduk yang bermukim di sekitar Daerah Aliran Sungai Ayung hendaknya
tidak menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan limbah. Limbah cair hasil
aktivitas sebaiknya diolah kemudian dimanfaatkan kembali untuk kepentingan
pihak yang bersangkutan. Bagi pengelola hotel, air hasil pengolahan limbah
dapat digunakan untuk menyiram perkebunan (garden).
Penelitian tentang air sungai Ayung
sebaiknya dilakukan secara rutin sehingga dapat menghindari pencemaran air
sungai yang semakin buruk.
DAFTAR PUSTAKA
Arya,
Wardhana, Wisnu. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi
Yogyakarta.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air.
Yogyakarta: Kanius.
Suripin. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan
Air. Yogyakarta: andi Yogyakarta.
Tresna, Sastrawijaya. 1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Tim
Penyusun.2002. Rencana Pengelolaan Secara Terpadu Daerah Aliran Sungai
Ayung. Bappeda Provinsi Bali.